Beranda | Artikel
Mengapa Imam Ahmad Mengusap Wajah Setelah Berdoa? – Syaikh Abdussalam asy-Syuwaiar #NasehatUlama
16 jam lalu

Mengusap wajah dengan kedua tangan telah disebutkan dalam banyak riwayat dari para Sahabat Rasulullah dan para Tabi’in — shalawat dan salam semoga tercurah atas beliau.

Riwayat-riwayat ini menunjukkan — sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar sebagai tambahan atas hadis-hadis yang dinisbatkan kepada Nabi, tapi tidak sahih, bahwa amalan mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdoa memiliki dasar dalam syariat.

Jika Anda berkata bahwa Abdullah bin Al-Mubarak menyatakan tidak ada hadis sahih tentangnya, maka kami katakan: “Benar.” Tidak ada hadis sahih yang menjelaskan keutamaannya. Artinya, tidak terdapat keutamaan yang sahih dalam mengusap wajah setelah berdoa. Tidak terdapat riwayat bahwa jika seseorang tidak mengusap wajahnya, maka doanya tidak diterima. Tidak dikabulkan dan semacamnya — semua itu tidak ada riwayat yang sahih.

Namun, amalannya tetap disyariatkan. Ini juga diamalkan oleh para ulama besar. Oleh sebab itulah, para ulama menyatakan bahwa mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdoa adalah amalan yang disyariatkan, baik itu dalam shalat maupun di luar shalat.

Memang, ada riwayat dalam mazhab yang menyatakan bahwa amalan ini hanya disyariatkan di luar shalat, tapi tidak dilakukan di dalam shalat, karena itu termasuk tambahan gerakan shalat. Namun, pendapat yang dipegang dan diamalkan oleh para ulama besar, seperti Imam Ahmad dan lainnya, adalah mengusap wajah dengan kedua tangan. Amalan ini juga diriwayatkan dari sejumlah Tabi’in.

As-Suyuthi juga menyebutkan hal ini dalam salah satu kitabnya, yang memuat penelusuran atsar dan riwayat seputar amalan mengusap wajah.

===

مَسْحُ الْوَجْهِ بِالْيَدَيْنِ جَاءَتْ فِيهِ آثَارٌ كَثِيرَةٌ عَنْ صَحَابَةِ الرَّسُولِ وَالتَّابِعِينَ صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ

وَهَذِهِ الْآثَارُ تَدُلُّ كَمَا ذَكَرَ ابْنُ حَجَرٍ إِضَافَةً لِلْأَحَادِيثِ الَّتِي رُفِعَتْ لِلنَّبِيِّ لَكِنَّهَا لَمْ تَثْبُتْ عَلَى أَنَّ مَسْحَ الْوَجْهِ بِالْيَدَيْنِ بَعْدَ الدُّعَاءِ لَهُ أَصْلٌ

فَإِنْ قُلْتَ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُبَارَكٍ يَقُولُ لَمْ يَثْبُتْ فِيهِ حَدِيثٌ نَقُولُ صَحِيحٌ لَمْ يَثْبُتْ حَدِيثٌ فِي فَضْلِهِ فَلَا فَضْلَ وَارِدٌ ثَابِتٌ فِي مَسْحِ الْوَجْهِ بَعْدَ الدُّعَاءِ فَمَا جَاءَ أَنَّهُ إِذَا لَمْ يَمْسَحِ الْوَجْهَ لَمْ يُقْبَلِ الدُّعَاءُ أَوْ أَنَّهُ لَا يُسْتَجَابُ وَنَحْوُ ذَلِكَ فَغَيْرُ ثَابِتٍ

لَكِنَّ الْفِعْلَ مَشْرُوعٌ وَقَدْ فَعَلَهُ الْأَئِمَّةُ وَلِذَلِكَ فَإِنَّ الْعُلَمَاءَ يَقُولُونَ إِنَّ مَسْحَ الْوَجْهِ بِالْيَدَيْنِ عَقِبَ الدُّعَاءِ مَشْرُوعٌ فِي الصَّلَاةِ وَخَارِجَهَا

نَعَمْ هُنَاكَ رِوَايَةٌ فِي الْمَذْهَبِ أَنَّهُ مَشْرُوعٌ خَارِجَ الصَّلَاةِ وَلَيْسَ مَشْرُوعًا فِي الصَّلَاةِ لِأَنَّهُ حَرَكَةٌ لَكِنَّ الْمُعْتَمَدَ وَالَّذِي فَعَلَهُ الْأَئِمَّةُ كَأَحْمَدَ وَغَيْرِهِ مَسْحُ الْوَجْهِ بِهِ مَسْحُ الْوَجْهِ بِهِ أَيْ بِالْيَدَيْنِ وَقَدْ جَاءَ هَذَا الْفِعْلُ عَنْ جَمْعٍ مِنَ التَّابِعِينَ

وَقَدْ أَوْرَدَ السُّيُوطِيُّ فِي كِتَابٍ لَهُ تَتَبُّعَ الْآثَارِ وَالْأَخْبَارِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِمَسْحِ الْوَجْهِ


Artikel asli: https://nasehat.net/mengapa-imam-ahmad-mengusap-wajah-setelah-berdoa-syaikh-abdussalam-asy-syuwaiar-nasehatulama/